Tuesday, July 13, 2010

Isra’ dan Mi`raj

Beberapa Perkara Yang Perhatikan

• Latar belakang Peristiwa berlakunya
• Tahap-Tahap Perjalanan
• Penjelasan Teknikal Perjalanan (al Qur’an)
• Anugerah Allah Pada Malam Isra’ dan Mi’raj
o Solat
o Rawatan penyakit dll.
• Sikap kita!

1. Latar belakang Peristiwa berlakunya:

• Firman Allah yang lebih kurang bermaksud:

“Mahasuci Allah yang telah mengisra’kan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekitarnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Maksud ayat di atas mengingatkan kita:

i. Peristiwa yang berlaku 27 Rejab 1400 tahun dulu. Kini Rejab datang lagi.

ii. Terjadi setahun sebelum hijrah, setelah kewafatan Abu Talib yang lebih 40 tahun menjadi pendamping dan penyokong di luar rumah. Wafatnya juga isteri tersayang Khadijah yang lebih 25 tahun menjadi penyokong terkuat dari dalam rumah, sehingga tahun itu disebut sebagai tahun dukacita (`Amul Huzni.

iii. Ditambah lagi dengan karenah musyrikin Makkah menolak baginda untuk berada di bumi Makkah, bukan sahaja sebagai Nabi, malah sekaligus sebagai warganegara.

iv. Mencari perlindungan di Tha’if, namun sekali lagi berulangnya peristiwa penolakan ini, sehingga berlaku munajatnya yang terkenal.

v. Sekaligus sebagai jawapan dari Allah, ‘Seandainya penduduk bumi menolak kehadiranmu dan menolak ajaranmu, maka penduduk langit masih lagi menerimanya dengan senang hati, malah Aku Allah menjemputmu menjadi tetamuKu yang agung’.

2. Tahap Perjalanan:

Tahap I : Mekkah – Baitul Maqdis

Tahap II : Baitul Maqadis – Sidratul Muntaha

Tahap III : Sidratul Muntaha – Allah SWT (di Mustawa)

I. Tahap I : Mekkah – Baitul Maqdis
Dalam tahap ini Rasulullah SAW masih berada di alam fisik (alam jabarut) yang kecepatan, jarak dan energi yang digunakan masih dalam batas alam fizika, yaitu kecepatan gerak mulai dari nol sampai dengan kecepatan maksimum alam fisika, yaitu kecepatan Cahaya (= C). Hal ini terbukti bahwa Rasulullah SAW dikisahkan secara fisik masih berjumpa dan membantu satu kabilah Arab dari suku Quraisy yang sedang melakukan perjalanan antara Baitul Muqdis ke Makkah.

II. Tahap II : Baitul Maqdis – Sidratul Muntaha
Dalam tahap ini Rasulullah SAW sudah memasuki alam Malakut (yaitu alam Malaikat dan alam Ruhani). Pada alam ini kecepatan gerak Rasulullah sudah dipertinggi, iaitu dari kecepatan Cahaya menjadi 1744.4 x kecepatan Cahaya untuk mencapai Sidratul Muntaha. Pada tahap ini Rasulullah menceriterakan pengalamannya melihat Surga, neraka dan lain-lainnya.

III. Tahap III : Sidratul Muntaha – Allah SWT (di Mustawa)
Dalam tahap ini Rasulullah SAW memasuki alam Lahut (alam Ilahiyyah). Dalam tahap ini kita tidak diberi kemampuan lagi untuk melakukan perbandingan dengan fikiran dan bentuk-bentuk lainnya; terbukti dengan :
Bahwa Rasulullah tidak menceritakan apa-apa lagi tentang alam ini, beliau digerakkan dengan ketangkasan dan energi/tenaga yang tak terhingga besarnya.

Secara Skematis, perjalanan Isra’ dan Mi’raj Rasulullah Muhammad SAW dapat digambarkan sebagai berikut :

Tahap : I II III Pos Perjalanan Mekkah → B. Maqdis → S Muntaha → Allah Tingkatan Alam Alam Benda Alam Malakut Alam Lahut ( Alam Jabarut ) Tingkatan Kecepatan 0 → C → 1744.4 C → ∞

Hubungan antara Waktu dan Jarak dalam Ruang Metafisik Kita lihat di depan bahwa kecepatan gerak Malaikat dan Ruh adalah sebesar
Voltan = 1744.4 x Kecepatan Cahaya

Menurut Teori Kontraksi Waktu dari Einstein, berlaku hubungan :
to = 1,744,399 i x t dengan pengertian :
to = waktu awal
t = waktu gerak
i = bilangan imajiner (arus letrik/ pergerakan karan) = akar minus satu ( mohon maaf, penjabaran rumus tidak ditampilkan , karena panjangnya ) bahwa apabila seseorang atau sesuatu yang dapat bergerak dengan kecepatan jauh melebihi kecepatan cahaya, maka waktu menjadi tidak berpengaruh lagi, atau dengan kata lain : Masa lalu, masa kini dan masa mendatang saling berimpit dengan masa sekarang. Yang berarti seseorang dapat mengetahui sejarah masa lalu dan masa mendatang pada saat sekarang. Hal ini dapat kita simak dari Kisah Suci Isra’ dan Mi’raj Nabi Besar Muĥammad – Rasulullah SAW- yang telah sering kita dengar!.

 Dengan Taufik dan Hidayah dari Allah, kita berharap bahwa dengan sekerat pengetahuan ini , maka kita tidak dapat mengabaikan atau meremehkan kisah Isra’ dan Mi’raj tersebut. Insya Allah kita akan bertambah yakin bahwa Al Islam adalah Ilmiyah dam Amaliyah !


3. Penjelasan Teknikal Perjalanan

• Cuba perhatikan beberapa perkataan dan huruf yang dipilh dalam firman Allah:

i. Bila disebut asra (أسرى) sama dengan sara, perjalanan malam yang tidak memerlukan objek.

ii. Apatah lagi disebut bi`abdihi (بعبده), dengan hambanya yakni memerlukan objek, yakni perjalanan malam yang dilakukan oleh satu pihak, dalam hal ini subjek (Allah) terhadap hambanya yakni Muhammad saw.

iii. Penggunaan ‘Ba’ (ب) mengisyaratkan perjalanan isra’ berlaku di bawah bimbingan dan taufik Allah. Ertinya baginda bukan dibawa berjalan dan dilepaskan begitu sahaja, ikut apa yang nak buat, seperti angkasawan kini.

iv. Sekaligus menggambarkan Allah yang melakukan aktiviti ini untuk baginda. Sebab itu dari segi ilmiyyahnya pada awal ayat sudah dimulakan dengan Subhana, sabbaha yang pada mulanya bererti menjauh, bertasbih dalam pengertian Islam bermaksud ‘Menjauhkan Allah dari segala sifat kekurangan dan kelemahan’ (Shihab, 7/10). Malah Subhanal Llah adalah ucapan yang selalu digunakan untuk menunjukkan kepada kehairanan.

•Amatlah mengelirukan seandainya kita mahu mengukur peristiwa ini berdasarkan
kepada ukuran kemampuan makhluk.

Bandingkan kenyataan:

i. Albert Einstein dengan tegas mengatakan, “‘Bahawa semua yang terjadi di alam ini diwujudkan oleh ‘superior reasoning power’, yang di dalam al Qur’an disebut al Azizil ‘Alim (العزيزالعليم)” (Edi Bukhari, Psantren Perguruan KHZ Musthafa Sukamanah, Tasik Malaya).

ii. Teori Black Holes misalnya mengatakan, “Pengetahuan manusia tentang alam hanyalah 3% sahaja, manakala 97% adalah di luar kemampuan manusia pengetahuan manusia”. (Edi).

iii. Kierkegaard (tokoh eksistentialisme) menyatakan, “Seseorang harus percaya bukan kerana ia tahu, tetapi kerana ia tidak tahu” (Edi).

iv. Immanuel Kant, “Saya terpaksa menghentikan penyelidikan ilmiah demi menyediakan waktu bagi hati saya untuk percaya” (Edi).

• Soalnya kenapa terlalu mempersoalkan bila ada sesuatu yang berkaitan dengan Islam dan kenabian, sedangkan berita-berita akhbar kita terus percaya, tak kisah.

• Bila disebut ‘Abd’:

i. Bermaksud kekukuhan dan juga kelembutan, juga hamba sahaya.
ii. Anak panah yang pendek dan lebar (menggambarkan kekukuhan).
iii. Tumbuhan yang memiliki aroma yang harum (menggambarkan kelembutan).

 Apabila disebut ‘abd/abdi’ maka ketiga-tiga erti di atas merupakan sifat dan sikapnya yang menonjol.
 Seseorang hamba tidak memiliki sesuatu , apa yang dimilikinya adalah milik tuannya. Dia adalah anak panah yang boleh digunakan tuannya untuk tujuan tuannya. Di saat yang sama dia juga harus mampu memberi aroma yang harum bagi lingkungannya.
 Muhammad Abduh: “Pengabdian bukan sekadar ketaatan dan ketundukan, tetapi adalah suatu bentuk keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi serta sebagai bukti dari keyakinan bahawa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau arti hakikatnya”.
 Ja`far as Sodik: “Mengemukakan tiga unsur pokok yang merupakan hakikat ibadah;

i. Hamba tidak menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya sebagai miliknya kerana yang dinamai hamba tidak memiliki sesuatu. Apa yang ‘dimilikinya’ adalah milik tuannya...jangan fikir isra’ mi’raj milik kita.

ii. Segala usahanya hanya berkisar pada mengindahkan apa yang diperintahkan oleh sesiapa yang kepadanya ia mengabdi ...jangan fikir nak mempersoalkan itu dan ini, apatah lagi menggugat kepercayaan.

iii. Tidak memastikan sesuatu untuk dia laksanakan kecuali mengaitkannya dengan izin dan restu siapa yang kepadanya ia mengabdi...Kita ni sedap sangat bercakap itu dan ini adakah mendapat mandat dari Allah?. Sedangkan Allah jelas memberitahu “Tidak Aku jadikan Jin dan manusia....”.

 Perlu diingatkan, perkataan abd dirangkaikan dengan gantinama ketiga selalunya merujuk kepada Nabi saw, makhluk yang paling wajar lagi sempurna ibadah dan pengabdiannya kepada Allah swt (Shihab, 13).


4. Di antara anugerah Allah Pada Malam Isra’ dan Mi’rj:

• Solat dan kefardhuannya;

o Sangat penting solat (`Imadud Din), tidak ada tolak ansur dalam mengerjakannya, lihat cara memfardhukannya dipanggil terus dan beri pada tangan Nabi saw. Tidak berlapik dengan orang lain, atau perantaraan.

o Penghubung di antara hamba dengan Tuhannya. Ibadah yang paling disukai Allah. “Jangan kamu meninggalkan solat dengan sengaja kerana sesiapa yang meninggalkan dengan sengaja, penjagaan atau pemeliharaan Allah dan RasulNya terlepas dari dirinya (Imam Ahmad).

o Penghapus dosa dan menjauhkan dari melakukan maksiat.

o Keselamatan dari azab kubur dan hari akhirat.

• Arahan Berbekam – Mengubati Penyakit:

o Dia (Anas) berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali mereka berkata: Wahai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam.”

o Riwayat Ibnu Majah (3479), Kitab Pengobatan, Bab Bekam.
Disahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami` (II: 5671), dan Takhrij al-Misykat (4544).

o Dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda: “Tidaklah aku melewati sekelompok malaikat pada malam aku diisra`kan kecuali tiap mereka berkata kepadaku: Wajib bagimu wahai Mohd untuk berbekam.”

o Riwayat Ibnu Majah (3477), Kitab Pengobatan, Bab Bekam.
Disahihkan al-Albani dalam ash-Sahihah (V: 2263) dan Shahih al-Jami` (II: 5672).

• Kebaikan Berbekam

Membantu menghilangkan pening dan migrain.

Membantu membuang angin dalam badan, melegakan pernafasan dan sistem
perkumuhan.

Membantu memecahkan lemak, peluh dan melegakan demam.

Membantu memulihkan ketegangan urat leher, belikat, pinggang dan urat sendi
pada kaki.

Membantu mencegah kebas kaki dan membantu meredakan serangan angin ahmar.

Mengeluarkan darah toksik dan melancarkan peredaran darah yang tersumbat.

Membantu meringankan tubuh. Darah kotor yang terkumpul di bawah permukaan
kulit menyebabkan rasa berat dan malas.

Membantu menajamkan penglihatan. Peredaran darah ke mata yang tersumbat
menyebabkan penglihatan kabur.

Ada juga yang menyebut: Berbekam dikatakan dapat merawat pelbagai penyakit. Dianggarkan sebanyak 72 jenis penyakit dapat disembuhkan seperti ketegangan urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin, migrain, sakit mata, angin ahmar, sakit gigi, jerawat, sembelit, tekanan dan buah pinggang.

5. Sikap kita:

Sepatutnya kita seronok dengan anugerah ini, alHamdulillah kita berada dalam negara Malaysia yang Islam diisytiharkan sebagai agama persekutuan, namun kadar jenayah macam mana!, Anak zina makin bertambah, pelbagai maksiat semakin tumbuh, selepas mengetahui kisah Isra' dan Mi`raj, takkan nak diam aje!. Apa peranan kita? Kenalah buat sesuatu, paling tidak lihat dan libatkan diri dengan aktiviti amar ma`ruf dan nahi mungkar!.

No comments:

Post a Comment