S
abda Nabi
SAW:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى
يُسْأَلَ(عن اربع) عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا
فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ
جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia
ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di
manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan di mana ia
infakkan dan (4) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no.
2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih). …(soalan dah bocor di dunia).
Pertama: Ilmu merupakan perkara yang mesti ada dalam diri manusia, kita lihat dalam al Qur’an:
01. Firman Allah Mengenai Kewajipan
Menuntut Ilmu:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا
يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ، وَإِذَاقِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ الله الذِيْنَ امَنُوا مِنـْكُمْ وَالّذِيْنَ اُوتُو
الْعِلْمَ دَرَجَـتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْـمَلُـوْنَ خَـبِيْـر
Artinya :
"Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu,"Berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan
berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa
derajat".(Q.S Al-Mujadalah ayat 11 ).
وَمَا كَـانَ
مِنَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُ كَافّةً فَلَوْلاَنَفَرَ مِنْ كُلِّ فَرِقَةٍ
مِنْهُمْ طَائِفَةً لِيَتَفَقّهُوأ فِى الدّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمُهُمْ اِذأ
رَجَعُوْ اِلَيْهِمْ لَعَلّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
Artinya ;
"Dan tidak sepatutnya
orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan perang, mengapa sebagian diantara
mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya " QS. At-Taubah ayat :122
Dari ayat
1 tersebut diatas, maka jelaslah bahwa menuntut ilmu adalah merupakan perintah
lansung dari Allah. karena orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya
oleh Allah beberapa derajat, sedangkan ayat yang ke2 menjelaskan bahwa
diwajibkan untuk menuntut ilmu agama dan kedudukan orang yang menuntut ilmu
harus mampu menjadi pengingat bagi orang yang tidak tau masalah agama serta
mampu menjaga diri dari hal-hal yang bisa menjerumuskan kedalam lembah
kenistaan.
02. Hadis dan gesaan ulamak
من أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ
أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ
باِلعِلْمِ
“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka
hendaklah berilmu.Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan
ilmu.Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”
(Riwayat at Thobrani).
(Ungkapan di atas sering disebutkan sebagai hadis Nabi Muhammad SAW di atas ternyata tidak
terdapat di berbagai kitab hadis manapun. Di dalam pencarian di dalam lebih
dari 100 kitab hadis dalam al-maktabah asy-syamilah baik dalam kutub mutun
al-hadis, kitab-kitab takhrij, al-ilal dan lain-lain, penyusun sama sekali
tidak mendapatkan keterangan tentang pernyataan yang diklaim sebagai hadis Nabi
di atas....Justru Imam an-Nawawi asy-Syafi’iy dalam al-Majmu syarh al-Muhadzab
juz 1 hal 20, juga Imam as-Syarbini as-Syafi’iy dalam Mughni al-Muhtaj hal.31 menegaskan bahwa ungkapan di atas adalah
perkataan Imam as-Syafi’i).
Diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda:
فَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ سَلَكَ
طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى
الْجَنَّةِ وَ إِنَّ الْملَاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهاَ رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فيِ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَان فيِ الْماَءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى
الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَماَءَ هُمْ
وَرَثَةُ الْأَنْبِياَءِ إنَّ الْأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُواْ دِيْناَرًا وَلاَ
دِرْهَماً إنَّماَ وَرَثُوْا العِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Artinya: “Sesungguhnya aku (Abu Darda) r.a mendengar Rasulullah saw
bersabda: Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah
akan bukakan baginya salah satu jalan menuju syurga. Sesungguhnya para malaikat
benar-benar meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu. Sesungguhnya
orang yang berilmu akan benar-benar dimintakan ampun oleh semua penduduk langit
dan bumi, bahkan ikan yu yang ada di air (laut). Sesungguhnya keutamaan orang
yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama
atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya
para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka hanya mewariskan
ilmu. Maka, barangsiapa yang mengambilnya, berarti ia telah mengambil jatah
yang cukup banyak”. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad,
Abu Syaibah, Ibnu Basyran. Dan lafaz ini milik Ibnu Majah. Dishahihkan oleh
Nashirudin al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah, (vol. I, hal. 295)).
عْنْ اَنَسٍ
اِبْنُ مَالِكٍ قَلَ قَالَ رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلـم طَلَبُ الْعِلْم فَرْيْضَةً عَلى كُلّ مُسْلِمٍ
Artinya :
"Dari
Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim. HR.Ibnu Majah
03. Islam
adalah agama anti jahil atau bodoh, sebab itulah orang tua-tua selalu menegah
kita memanggil seseorang dengan jahil dan bodoh. Sejahil dan seteruk mana pun
anak-anak mereka, sesetengah ibu bapa tetap
menyebutnya dengan anak mereka dengan panggilan ‘anak bertuah’, kenapa?
Kerana ucapan kita kadangkala merupakan suatu doa dan seringkali diaminkan oleh
malaikat.
04. Setiap hari ada saja perkembangan terbaru, untuk itu kita mesti
sentiasa belajar. Sebab itulah isyarat belajar dari buaian sampai ke liang
lahad ata pembelajaran sepanjang hayat sangat relevan dengan penganut Islam.
Lihat saja perkembangan komputer, media masa dan sebagainya. Maka arahan Islam
antaranya mendepani ilmu, bukan membelakangi, hidup dengan ilmu mesti jadi
keutamaan. Dari sudut bahasa sahaja perlu sampai kepada 40 bahasa (Imam
Syafie).
05. Seandainya begitu bagaimana kita bermula?
Sebenarnya, secara fitrah kita mula belajar sejak dalam kandungan
lagi. Dalam satu kajian, kadangkala apabila kita berjalan, merantau di suatu
tempat, kita rasa tempat itu tidak asing bagi kita, tetapi bila, ada yang
mengatakan kita sampai melalui ibu semasa dalam kandungan... dikatakan janin
sudah dilihatkan perjalanan hidupnya bermula dari lahir sampai mati...sila
semak dan buktikan kebenarannya.
06. Orang yang berilmu juga adalah orang yang dikasihi oleh Allah,
dan ilmu yang dimaksudkan ialah:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
Tafaqquh fid Din, kefahaman terhadap agama ini, sedangkan agama ini
adalah untuk kehidupan dunia dan akhirat. Maka di sana perlu ada feqah yang
pelbagai dimulai dengan feqah aqidah, syariat, akhlak, ekonomi, perubatan
dan....termasuk feqah kesihatan,untuk itu, maka mulai sekarang ubah minset tentang feqah, ia bukan sahaja
syariat tetapi adalah kefahaman untuk ilmu-ilmu.....
07. Keperluan manusia, dengan adanya ilmu paling tidak
- Fizikal yang kuat, yang bila diasah akan melahirkan keterampilan, kewibawaan. Imej yang mengkagumkan.
- Kemampuan berfikir melahirkan pelbagai ciptaan sains dan teknologi.
- Keteguhan hati yang menghasilkan kekuatan iman yang luar biasa.
- Sentiasa positif dengan kehidupan yang menjadikan pemiliknya mampu menghadapi pelbagai cabaran dan rintangan..... Dengan adanya ilmu kita akan dapat menyelesaikan seribu satu macam masalah.
08. Hebat dan tingginya nilai orang berilmu:
i. Diberi penghormatan oleh penduduk langit, lihat kisah Nabi Adam AS:
33. Allah berfirman: "Wahai Adam! Terangkanlah nama
benda-benda ini semua kepada mereka". maka setelah Nabi Adam menerangkan
nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman: "Bukankah Aku telah
katakan kepada kamu, bahawasanya Aku mengetahui Segala rahsia langit dan bumi,
dan Aku mengetahui apa Yang kamu nyatakan dan apa Yang kamu sembunyikan?".
34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
malaikat: "Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam". lalu mereka
sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; ia enggan dan takbur, dan
menjadilah ia dari golongan Yang kafir (al Baqarah).
ii. Kebersamaan Allah dengannya, Lihat hadis:
إن الله تعالى قال : من عادى لي وليّاً فقد آذنته بالحرب ،
وما تقرب إليّ عبدي بشيء أحبّ إليّ مما افترضته عليه، مَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي
يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا
وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ
اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ
تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ
مَسَاءَتَهُ.(صحيح البخاري)
“Barangsiapa yang memusuhi waliku (orang
yang dekat kepadaku) maka sesungguhnya Aku telah mengisytiharkan perang
terhadapnya. Tidaklah seseorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
sesuatu yang lebih Aku senangi daripada melaksanakan apa yang Aku fardhukan ke
atasnya. Dan tidak pula hamba-Ku sentiasa mendekatkan diri dengan melakukan amalan-amalan
sunat sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya, menjadilah Aku
telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, matanya yang ia gunakan untuk
melihat, tangannya yang ia gunakan untuk menyentuh (menghajar), dan kakinya
yang dengannya ia berjalan. Apabila ia bermohon kepada-Ku maka pasti-Ku
kabulkan permohonannya, apabila ia meminta perlindungan-Ku maka pasti ia
Ku-lindungi. Tidak pernah Aku mundur mahu menyangkut sesuatu yang Ku-kerjakan
sebagaimana mundur maju-Ku terhadap jiwa hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak senang
mati, padahal Aku tidak senang menyakiti (hati)nya” (HR, al Bukhari melalui Abu
Hurairah).
iii. Diberi pertolongan dan dipermudahkan urusannya, lihat kisah Nabi Sulaiman AS:
38. Nabi Sulaiman berkata pula (kepada golongan bijak
pandainya): "Wahai pegawai-pegawaiku, siapakah di antara kamu Yang dapat
membawa kepadaKu singgahsananya sebelum mereka datang mengadapku Dalam keadaan
berserah diri memeluk Islam?"
39. berkatalah Ifrit dari golongan jin:
"Aku akan membawakannya kepadamu sebelum Engkau bangun dari tempat
dudukmu, dan Sesungguhnya Aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi
amanah".(Pengakuan peribadi yang merasa dirinya kuat...dan memang
kuat, namun agak sedikit menampakkan kehebatan).
40. berkata pula seorang Yang mempunyai ilmu
pengetahuan dari Kitab Allah (orang yang mengasah kalbunya dan yang
dianugerahi Allah swt ilmu – Misbah 9, hal. 445... ada kata Ashif bin
Barkhiyya’, ada kata Khadir, ada kata Jibril dan ada kata Nabi Sulaiman
sendiri, yang pasti dia memiliki ilmu dari al Kitab.. surah ini menekankan
peranan ilmu. Ungkapan sebelum berdiri dan sebelum berkelip adalah simbol
kecepatan, cepat dan lebih cepat): "Aku akan membawakannya
kepadamu Dalam sekelip mata!" (an Naml, 27:40)
iv. Tidak mudah ego dan hilang punca atau prinsip, sentiasa ingat
dan kembalikan segalanya kepada Allah
Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu
terletak di sisiNya, berkatalah ia: "Ini,(yakni kehadiran singgahsana
sesuai keinginanku,) ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku Adakah Aku bersyukur atau Aku tidak
mengenangkan nikmat pemberianNya. dan (sebenarnya) sesiapa Yang bersyukur maka
faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa
Yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana
Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah" (an Naml, 27:40)
41. Nabi Sulaiman berkata
pula (kepada orang-orangnya): "Ubahkanlah keadaan singgahsananya itu,
supaya kita melihat Adakah ia dapat mencapai pengetahuan Yang sebenar (untuk
mengenal singgahsananya itu) atau ia termasuk Dalam golongan Yang tidak dapat
mencapai pengetahuan Yang demikian".
42. maka ketika ia
datang mengadap, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: serupa inikah
singahsanamu?" ia menjawab: "Boleh jadi Inilah dia; dan Kami telah
diberikan ilmu pengetahuan sebelum berlakunya (mukjizat) ini, dan Kami pula
adalah tetap berserah diri (menjunjung perintah Allah)".
43. dan ia dihalangi
(daripada memeluk Islam pada masa Yang lalu): apa Yang ia pernah menyembahNya
(dari benda-benda) Yang lain dari Allah; Sesungguhnya adalah ia (pada masa itu)
dari puak Yang kafir.
44. (setelah itu)
dikatakan kepadanya: "Dipersilakan masuk ke Dalam istana ini." maka
ketika ia melihatnya, disangkanya halaman istana itu sebuah kolam air, serta
Dia pun menyingsingkan pakaian dari dua betisnya. Nabi Sulaiman berkata:
"Sebenarnya ini adalah sebuah istana Yang diperbuat licin berkilat dari
kaca". (Mendengar Yang demikian), Balqis berdoa: "Wahai Tuhanku,
Sesungguhnya Aku telah menganiaya diri sendiri dan (Sekarang Aku menegaskan
bahawa) Aku berserah diri memeluk Islam bersama-sama Nabi Sulaiman, kepada Allah
Tuhan sekalian alam ".
Pertama kali Balqis mengaku ketuhanan
Allah..... dan kenabian Sulaiman AS.
I`tibar: Penting sangat kita jadi orang
yang berilmu dan pelbagaikan bidang ilmu kita dan jangan berhenti....jangan
rasa cukup.
No comments:
Post a Comment